George
Danzig adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas. Suatu hari dia
terlambat untuk datang pada mata kuliah matematika. Dia memasuki ruang kelas,
namun ternyata kelas sudah bubar.
George kemudian melihat 2 buah soal yang tertulis di papan, dia lalu berpikir bahwa itu pasti adalah soal PR yang baru diberikan oleh profesornya, sehingga dicatatnya soal itu di buku dan membawanya pulang ke rumah.
Berhari-hari dia mencoba untuk menyelesaikan PR tersebut, berbagai cara dia coba.
Dia berpikir, “Tidak biasanya profesor memberi tugas demikian sulitnya, tapi soal ini pasti ada jawabannya, pasti ada..."
Akhirnya, setelah mencoba dan mencoba, dia berhasil mengerjakan soal nomor 1.
Esok harinya, karena sejak awal dia mengira bahwa soal-soal itu adalah PR, maka dia mengumpulkan jawaban soal itu dan meletakkannya di meja kerja profesornya.
Sang profesor bertanya, “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan soal ini?"
Dia menjawab, "Ketika itu saya terlambat mengikuti mata kuliah bapak, lalu saya melihat 2 soal ini di papan tulis dan saya berpikir bahwa itu adalah PR yang harus dikerjakan di rumah."
Anda tahu apa jawaban dari sang profesor?
"Soal itu saya tulis di papan ketika sedang menjelaskan tentang 2 buah soal yang tersulit di muka bumi ini."
(Pada saat itu belum ada seorangpun yang bisa memecahkannya!)
Berarti andaikan saja saat itu George mengikuti mata kuliah tersebut, mungkin dia akan ikut berpikir bahwa itu memang soal tersulit dan memang tak seorangpun dapat menyelesaikannya.
Bisa saja dia ikut teracuni oleh kata-kata sang profesor tentang sulitnya soal tersebut.
Saat ini, George sudah menjadi profesor terkenal di Stanford University, dialah pemecah soal tersulit, dan dia memecahkannya saat dia tidak tahu bahwa yang di kerjakannya adalah soal tersulit yang pernah ada.
Segala hal akan terasa SULIT bila kita menganggap,
bahwa yang 'SULIT' itu memang benar SULIT.
Jadi alangkah baiknya jika kita memulai sesuatu tanpa ada anggapan 'SULIT', karena sesungguhnya 'SULIT' hanyalah ANGGAPAN saja bukan KENYATAAN.
George kemudian melihat 2 buah soal yang tertulis di papan, dia lalu berpikir bahwa itu pasti adalah soal PR yang baru diberikan oleh profesornya, sehingga dicatatnya soal itu di buku dan membawanya pulang ke rumah.
Berhari-hari dia mencoba untuk menyelesaikan PR tersebut, berbagai cara dia coba.
Dia berpikir, “Tidak biasanya profesor memberi tugas demikian sulitnya, tapi soal ini pasti ada jawabannya, pasti ada..."
Akhirnya, setelah mencoba dan mencoba, dia berhasil mengerjakan soal nomor 1.
Esok harinya, karena sejak awal dia mengira bahwa soal-soal itu adalah PR, maka dia mengumpulkan jawaban soal itu dan meletakkannya di meja kerja profesornya.
Sang profesor bertanya, “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan soal ini?"
Dia menjawab, "Ketika itu saya terlambat mengikuti mata kuliah bapak, lalu saya melihat 2 soal ini di papan tulis dan saya berpikir bahwa itu adalah PR yang harus dikerjakan di rumah."
Anda tahu apa jawaban dari sang profesor?
"Soal itu saya tulis di papan ketika sedang menjelaskan tentang 2 buah soal yang tersulit di muka bumi ini."
(Pada saat itu belum ada seorangpun yang bisa memecahkannya!)
Berarti andaikan saja saat itu George mengikuti mata kuliah tersebut, mungkin dia akan ikut berpikir bahwa itu memang soal tersulit dan memang tak seorangpun dapat menyelesaikannya.
Bisa saja dia ikut teracuni oleh kata-kata sang profesor tentang sulitnya soal tersebut.
Saat ini, George sudah menjadi profesor terkenal di Stanford University, dialah pemecah soal tersulit, dan dia memecahkannya saat dia tidak tahu bahwa yang di kerjakannya adalah soal tersulit yang pernah ada.
Segala hal akan terasa SULIT bila kita menganggap,
bahwa yang 'SULIT' itu memang benar SULIT.
Jadi alangkah baiknya jika kita memulai sesuatu tanpa ada anggapan 'SULIT', karena sesungguhnya 'SULIT' hanyalah ANGGAPAN saja bukan KENYATAAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar